JavaScript is required to view this page. 20 Jan 2011

Kamis, 20 Januari 2011

Jalan Pikuk Yang Rusak Mulai Di Perbaiki



RANTAU, Jalan di Pikuk Baramban Kecamatan Piani yang rusak beberapa waktu lalu akhirnya pada Sabtu (16/01) kemarin mulai diperbaiki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tapin melalui Dinas Pekerjaan Umum. Sebelumnya pada sabtu kemarin badan jalan yang terlihat rusak kini terlihat rata. Juga dilokasi tersebut telah dipenuhi bahan material dan urukan tanah merah sebagai tanda dimulainya perbaikan jalan.

Kaspuanwar, guru SMP di Miawa Kecamatan Piani mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Tapin yang telah memperbaiki jalan yang rusak.

Menurutnya, “Dengan diperbaiki jalan di Pikuk ini, kami khususnya guru-guru yang mengajar di daerah Piani sangat berterima kasih sekali kepada pemerintah daerah yang mulai memperbaiki jalan yang rusak itu. Karena sebelumnya tidak hanya kami saja yang kesulitan melintasi jalan itu, bahkan warga lainnya pun bernasib sama, “katanya.

Semoga semakin cepat diperbaiki semakin baik, lanjut Anwar, karena saat ini masih tahap pengurukan badan jalan dengan tanah. Sehingga sedikit kuatir kalau hujan mengguyur tentunya jalan akan nampak licin. Untuk itu semoga cepat diuruk dengan kerikil agar badan jalan tidak licin. Seraya berharap semoga jalan ini diperbaiki secara permanen, bila perlu dicor beton, katanya.

Diceritakan Kaspuanwar, akibat jalan rusak banyak orang tergelincir jatuh karena jalan licin dan berlubang. Bahkan ada guru yang tak bisa melalui jalan tersebut sehingga Ia terpaksa izin tak mengajar, kata Guru yang bertugas di daerah Piani ini.
Ternyata menjadi guru didaerah pegunungan itu tak mudah. Kaspuanwar harus gigih melintasi bukit dan jalan berlubang setiap harinya. Sisi kanan dan kiri hanya terlihat hutan yang senyap dan tak jarang areal pegunungan dan bukit galian tambang yang dipenuhi emas hitam. Jalan itu terus menanjak dan tak datar, ditambah banyak lubang berbentuk kubangan air sehingga harus hati-hati saat melintasinya. Ternyata tak hanya Ia saja yang merasakan ini, sejumlah aparatur pemerintah seperti PNS yang bertugas dikawasan itu juga bernasib sama, dan mereka harus gigih melintasi jalan itu setiap harinya demi tugas dan amanat yang diemban. Bayangkan jika seorang guru harus melintasi jalan berjarak sekitar 54 Km setiap harinya dengan kondisi jalan yang rusak. Ia pulang pergi dari kota Rantau menuju daerah Miawa Kecamatan Piani untuk mendidik murid-murid disana. Umar Bakri dengan sepeda untanya pun pasti sedih jika melihat kondisi demikian.

Sementara Andra salah seorang pedagang yang setiap harinya ke Miawa mengatakan kepada rekan kerjanya yang juga pedagang sayur. Jangan bawa telur saat melintasi jalan ini kalau tak mau merugi. Pasalnya, telur bisa pecah sebelum dijual ke Miawa yang memang tujuan tempat ia menawarkan dagangannya.

Kalau pedagang seperti saya yang biasa membawa dagangan setiap melintas jalan itu harus menurunkan beban bawaan seperti telur, dan barang yang bisa pecah dibawah dan menaikan terlebih dahulu kendaraan sekedar melintas jalan rusak bergelombang dan menanjak itu. Selanjutnya barang yang kita turunkan ditaruh dibawah kita ambil kembali dengan berjalan kaki. “Ya cukup letih kami, tapi mau bagaimana lagi. Kalau dipaksakan dan tergelincir tentunya bukan dapat untung dari dagangan kami justru malah rugi. Ya terpaksa kita turunkan dulu satu persatu dagangan kami dari kendaraan, lalu kita ambil dengan berjalan kaki, “katanya. (rull)

Panitia Lokal Beayun Maulid Mulai Beraktifitas

(Pendaftaran Peserta Beayun Maulid Sudah 200 lebih)

RANTAU, Akhir tahun 2010 kemarin, warga masyarakat sekitar kawasan Masjid Keramat Al Mukarammah Banua Halat didampingi perwakilan dari Pemerintah Daerah Tapin seperti Kecamatan Tapin Utara dan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Tapin menggelar rapat penetapan panitia lokal di Rantau pada tanggal 31 Desember 2010 kemarin. Dalam rapat tersebut, panitia pelaksana lokal beayun maulid ditetapkan sekaligus menetapkan hari pelaksana. Hari pelaksanaan akan berlangsung pada tanggal 15 Febuari 2011 nanti.

Hal itu diungkapkan, Kepala Disporabudpar Tapin, Drs.Arifin Noor melalui Ibnu Mas’ud, Kepala Bidang Kesenian dan Kebudayaan, kepada wartawan, kemarin diruang kerjanya.

Rapat akan terus dilaksanakan, katanya, pertama kali dilaksanakan akhir tahun kemarin yakni pada 24 Desember 2010. Dalam rapat tersebut panitia lokal dibentuk, disusul kemudian pada tanggal 31 Desember 2010 panitia lokal ditetapkan. Selanjutnya panitia lokal yang sudah ditetapkan dalam rapat mulai melaksanakan uraian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penyelenggaraan kegiatan beauyun di bulan Rabiul awal atau di kenal sebagai bulan Maulid di Masjid Keramat Banua Halat Kecamatan Tapin Utara.

Pendaftaraan peserta beayun maulid di Masjid Keramat Al Mukarrammah Banua Halat sudah di buka panitia pelaksana lokal, dan terakhir di informasikan pada sabtu kemarin, pendaftar beayun sudah ada 200 orang lebih. Dan kemungkinan akan terus bertambah seiring mendekati hari pelaksanaan. Panitia pelaksana menargetkan peserta beayun maulid tahun 2011 ini sekitar 3.000 orang. Karena animo masyarakat terhadap kegiatan yang tergolong sakral ini sangat tinggi, sehingga dari tahun ke tahun peserta beayun semakin meningkat. Data terakhir di tahun 2010 kemarin, target kita saat itu sebanyak 2.500 orang, dan ternyata melebihi target dengan peserta berjumlah menjadi 2.791 orang.

Untuk tempat dan biaya pendaftaran masih seperti tahun lalu, yakni di muka masjid tersebut. Adapun untuk biaya pendaftaran peserta beayun, pendaftar dikenai tarif biaya Rp.50 ribu. Menurutnya tariff biaya pendaftaran tersebut Rp.35 ribu disalurkan untuk masjid, dan Rp.15 ribu disalurkan untuk kelengkapan sesaji. “Itu biaya pengganti untuk pinduduk, menurut adat banjar artinya penggantian 1 biji gula merah, 1 liter beras, 1 batang jarum, dan kelengkapan sesaji lainnya. Termasuk kemenyan. Sedangkan untuk syaratnya masih seperti tahun lalu, yakni kain (tapih) bahalai, tali, 3 sarung, 3 lembar selendang, tali ayunan 7 meter, “katanya.

Perayaan beayun maulid di tahun 2011 ini, menurut Ibnu, Pemerintah Daerah Tapin sudah memfasilitasi untuk turut mensukseskan kegiatan yang telah menjadi kebanggaan bagi daerah ini. Pasalnya, perayaan maulid di Kabupaten Tapin Kalsel sudah tercatat dalam 100 Visit Indonesia Year, atau di kenal sebagai daerah yang memiliki wisata religiousnya yang memiliki keunikan dan ciri khas. Sehingga sudah sepatutnya Pemerintah Daerah memperhatikan salah satu asset budaya yang ada dengan memfasilitasi event tahunan yang digelar warga Tapin khususnya warga Banua Halat. Selain itu, Pemda Tapin sudah memfasilitasi agar perayaan tersebut berlangsung lancar. Diantaranya pembenahan jalan sudah tertata, lahan parkir untuk pengunjung sudah siap digunakan. Selanjutnya persiapan keamanan seperti anggota polres Tapin, anggota Satpol PP, Dinas Perhubungan Tapin dan Bakosiskom. Juga Tagana Tapin, BPK, dan Tim Medis, katanya.

Tradisi upacara beayun di masjid Keramat Al Mukarahmah Banua Halat yang diselenggarakan setiap tahun sekali pada bulan Maulid tanggal 12 Rabiul Awal di Kabupaten Tapin. Kata Ibnu, “Masyarakat Tapin khususnya warga desa Banua Halat kental dengan pemahaman agamanya. Upacara meayun merupakan sebuah gambaran kecintaan dari masyarakat Tapin khususnya warga desa banua Halat kepada junjungannya Nabi Muhammad Rasullulah SAW. Dikarenakan pada tanggal 12 Rabiul Awal sejarah mencatat sebuah peristiwa besar terjadi, dan di kenal dengan hari kelahiran Rasullulah Muhammad SAW sebagai pemimpin umat Islam, dan juga Hijrahnya rasullulah dari kota Mekkah ke kota Madinah sekaligus wafatnya Rasullulah Muhammad SAW, “katanya. (rull)

Dinkes Tapin Pantau DBD Dengan 2 Basis

RANTAU, Awal tahun 2011 ini warga Tapin diminta waspada terhadap penyakit demam berdarah (DBD). Karena menurut dr.Kusudiarto, Kepala Dinas Kesehatan Tapin bahwa DBD sering terjadi di bulan Januari hingga dua bulan ke depan. Dinas kesehatan setempat tengah melakukan pengamatan serius terhadap penyakit DBD ini sebagai langkah antisipasi terhadap pengembangan penyakit ini. Ada dua pola pengamatan yang diterapkan pihaknya. Pertama pengamatan berbasis masyarakat, dan pengamatan berbasis rumah sakit.

Hal itu diungkapkan dr.Kusudiarto, Kepala Dinas Kesehatan Tapin kepada wartawan kemarin.

Pengamatan berbasis rumah sakit, kata Kusudiarto, Dinas Kesehatan pro aktif dalam mengumpulkan informasi ataupun laporan data apabila ada pasien yang positif terkena DBD dari rumah sakit maupun puskesmas yang tersebar di 12 kecamatan di Tapin. Begitu juga dengan pola pengamatan berbasis masyarakat, kita selalu menerima laporan dari masyarakat terkait adanya penyakit DBD ini.

Penyakit DBD ini berasal dari nyamuk jenis aedis aegpty yang senang dan suka bersarang di air jernih. Ia lebih sering bersarang pada air jernih di penampungan air, kaleng kosong berisi air, ban bekas yang berisi air, potongan bambu. Jenis nyamuk ini berbeda dengan nyamuk pada umumnya, karena nyamuk aedis aegpty menggigit pada pagi hingga sore hari, dan tidak kontak dengan tanah secara langsung.

Jika seseorang terkena gigitannya, biasanya gejala awal timbul bintik merah dikulit, selanjutnya badan panas (demam), hingga kalau sampai farah bisa muntah darah hingga meninggal dunia. Adapun gejala-gejala DBD ini diantaranya seseorang mendadak panas selama 2-7 hari, nyeri pada ulu hati, badan lemah dan lesu, timbul bintik merah. Terkadang pasien itu dapat muntah darah dan mimisan. Adapun pertolongan pertama yang perlu kita lakukan terhadap penderita DBD adalah beri minum air putih sebanyak mungkin, lalu kompres panas agar reda lalu beri obat penurun panas. Selanjutnya segera bawa ke klinik atau puskesmas terdekat. Sampai saat ini belum ada obat yang efektif untuk memberantas sekaligus pencegahan virus DBD selain dengan memutus mata rantai penularan dengan melakukan pemberantasan dengan cara 3 M, yakni menutup tempat tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air secara berkala dan menimbun barang barang bekas yang potensial tergenang air.

“Untuk itu warga Tapin diminta waspada terhadap penyakit DBD ini, dan tetap melaksanakan pola hidup sehat karena pola hidup sehat jauh lebih efektif untuk meminimalisir terjangkit DBD. Tahun 2010 kemarin, sekitar 34 kasus DBD terjadi di Kabupaten Tapin. Dari 34 kasus tersebut yang paling banyak terjadi di wilayah Kecamatan Binuang dan Kecamatan Tapin Utara, “katanya.

Ditambahkan Humam Arifin, Kabid Pencegahan dan Penyehatan Lingkungan (P2P1) pada Dinas Kesehatan Tapin. Menurutnya, “Warga Tapin yang terkena virus DBD ini adalah mutasi. Mereka tergigit nyamuk diluar daerah, dan membawanya ke Tapin, “katanya. (rull)