JavaScript is required to view this page. 23 Apr 2011

Sabtu, 23 April 2011

Selamatkan Bakantan Di Tapin Dari Degradasi Hutan

RANTAU, Siapa sangka di Kabupaten Tapin masih ada Bakantan. Untuk jumlahnya masih belum diketahui berapa banyak. Namun dikatakan Bupati Tapin, Drs.Idis Nurdin Halidi, MAP masih ada didaerah Tatakan Kecamatan Tapin Selatan. “Waktu itu kami dan rombongan meninjau lokasi jalan khusus di daerah Tatakan dekat Underpas 101 Tatakan. Namun tidak disangka dan sedikit terkejut bahwa di Kabupaten Tapin masih ada satwa yang dinilai ilmuwan dalam jangka waktu 14 tahun kedepan bakal punah ada di Kabupaten Tapin, “katanya dalam rapat di DPRD Tapin beberapa waktu lalu.
Begitupun Rabu (13/04) kemarin, Bupati melontarkan kembali keberadaan satwa tersebut kepada sejumlah wartawan. “Di Kabupaten Tapin masih ada Bakantan yang dinilai sebagai satwa langka di Kalimantan, untuk itu diminta agar menjaga dan merawatnya dengan baik. Dan bila satwa itu memang banyak di lokasi tersebut, kita akan membuatkan lokasi khusus untuk menampung satwa tersebut dan meminta perusahaan pertambangan tidak merambah kawasan hutan dan pohonan yang menjadi tempat bernaung satwa Bakantan yang mulai langka itu, “katanya.

Tahukah apakah itu Bakantan ? Dari informasi yang dirangkum bahwa Bakantan adalah seekor monyet berhidung mancung atau dikenal dengan monyet belalai merah dengan bahasa latinnya (Narsalis Larvatus). Populasinya kini dinilai semakin hari semakin berkurang bahkan menjadi salah satu satwa langka di Kalsel. Tak heran, Bupati Tapin jika lebih memperhatikannya ketimbang berubah kawasan hutan tempat satwa itu bernaung menjadi kawasan pertambangan areal batu bara.

Sebagaimana dikutip dari media Nasional, “Satwa ini hanya di temukan di Kalimantan, Sarawak, Sabah dan Brunei Darusalam. Satwa ini lebih suka berdiam di hutan tepi sungai, padahal hutan jenis ini cepat terdegradasi. Karena daerah pesisir dan sungai menjadi tujuan utama untuk dihuni, “kata Stanislav Lhota, Ilmuan dari Departemen Zoologi Univeristas South Bohemia Republik Chechnya.

Satwa ini menjadi penelitiannya sejak tahun 2006, analisa populasi dan viabilitas habitat (Population and Habitat Viability Analysis/PHVA) dengan menggunakan program komputer VORTEX menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan. Jika tidak ada perlindungan yang dilakukan, maka jumlah bekantan di Kalimantan akan punah dalam waktu 14 tahun ke depan. (Rull)