JavaScript is required to view this page. 16 Sep 2011

Jumat, 16 September 2011

Warga Miawa Minta Perbaiki Jalan Rusak di Liang Tadung

RANTAU, Warga Miawa masih mengeluhkan kondisi jalan di Liang Tadung Baramban Kecamatan Piani, akses jalur Kota Rantau menuju Miawa yang kondisinya kian hari semakin memprihatinkan ini membuat warga yang biasa melintasi jalur itu merasa kesulitan. Pasalnya, jalur Rantau menuju Miawa saat ini dibeberapa titik lokasi seperti di Liang Tadung kondisinya rusak farah dengan aspal terkelupas, jalanan berlubang berbentuk kubangan air. Dimana menurut Aspan, tokoh masyarakat Miawa mengatakan jalanan seperti itu bukanlah kenyamanan yang didapati, melainkan kesulitan bagi warga masyarakat pengguna jalan yang melintasinya.
Warga Miawa berharap kepada Pemerintah Daerah Tapin agar mempercepat perbaikan jalan Rantau Miawa terutama di beberapa titik ruas jalan yang kondisinya rusak farah. “Aparatur Pemerintah (PNS) yang bertugas sehari-harinya didaerah Miawa seperti guru, bidan desa, PPL, maupun warga masyarakat Miawa sangat berharap sekali kepada pemerintah daerah adanya perbaikan jalan yang rusak tersebut, “katanya kemarin .

Di kecamatan Piani jalur Bitahan, Ayunan Papan-Miawa yang merupakan akses antar kecamatan jalan kabupaten pada musim hujan, jalan becek penuh lumpur dan juga licinnya jalan seakan menjadi musuh alami. Karena banyak pengendara yang tergelincir di jalan saat melintasi jalur tersebut. Begitupun sebaliknya pada musim panas, debu menemani perjalanan, karena lintasan tersebut kerap dilintasi truk pengangkut hasil tambang golongan C seperti bahan material batu gunung dan pasir.
Begitupun masyarakat setempat menyatakan, rusaknya jalan juga menghambat aktifitas warga yang biasa membawa hasil perkebunan untuk di jual ke pasar.

“Guru hadir tepat waktu, murid kabur pulang main kelereng ” Demikian gambaran suasana pendidikan di Kabupaten Tapin terutama di daerah perdalaman di Kecamatan Piani, Desa Kariaman, dan Desa Pipitak Jaya.

Menjadi guru yang ditugaskan sekaligus ditempatkan Pemerintah di kecamatan Piani memang tak mudah. Pasalnya para guru ini haruslah gigih setiap harinya, terutama saat melintasi perbukitan naik turun gunung diatas jalan sepanjang 24 KM dari kota Rantau. Suatu yang jamak ditemui saat jam kerja mereka pada pagi hari, sekelompok guru ini bersaing dengan waktu untuk sampai di tempat mereka mengajar. Hal itu dilakukan demi sejumlah siswa yang menunggu guru mereka datang mengajar, dimana sebelumnya siguru tengah berjuang melintasi jalan berlubang dibeberapa titik kawasan Piani.(Rull)

DPRD Tapin minta Pertikaian Kedua Desa Segera DiDamaikan

RANTAU, DPRD Kabupaten Tapin meminta jajaran eksekutif di Pemerintah Daerah Tapin untuk bersama-sama segera menyingkapi persoalan permusuhan dua desa di kecamatan Bakarangan Kabupaten Tapin yang mengakibatkan kematian. Khususnya permusuhan warga dua desa antara Gadung dan Parigi yang berlangsung sudah sejak lama. Sementara sampai saat ini belum terdengar ada upaya Pemerintah Daerah khususnya unsur muspika setempat dalam upayanya mengayomi warganya. Di daerah situ juga diketahui banyak kalangan agamawan dan juga alim ulama, namun dinilai belum bisa menyelesaikan persoalan perkelahian antar desa yang memang sudah terjadi sejak lama. Ironisnya lagi, unsur Muspika setempat di Kecamatan Bakarangan nyaris tak terdengar upaya membela kepentingan masyarakatnya terutama perihal perdamaian bagi kedua desa tersebut.

Demikian diungkapkan Ketua DPRD Tapin, Drs.HM.Arifin Arpan, MM didampingi Wakil Ketua DPRD H.Rian Jaya, dan anggotanya Hamdi BN, H.Sulaiman Noor, H.Nasrullah, dan sejumlah anggota DPRD Tapin lainnya, kemarin.

Dikatakannya, Seperti baru-baru tadi terjadi perkelahian yang menyebabkan kematian, dimana dikira warga Parigi yang berkunjung ke Gadung, ternyata yang berkunjung adalah warga dari luar daerah yang sengaja ingin mengunjungi desa Gadung karena desa ini terkenal dengan kondisi religiusnya. Perkelahian antara dua desa seperti Parigi dan Gadung dipicu lantaran dendam yang lama bak api dalam sekam dan ini mesti diselesaikan, sebab dikuatirkan akan menjadi dendam berkepanjangan antara warga desa Parigi dan Desa Gadung.

Dikatakan Hamdi, terjadinya perkelahian dua warga antar desa tersebut itu mencerminkan kondisi yang buruk dan tidak mencerminkan serambi madinah. Contoh, jelas Hamdi, didaerah Papua terdapat dua suku perdalaman yang saling konflik dan ada seorang kepala adat yang pendidikannya pas-pas an namun Ia bisa menyelesaikan konflik tersebut. Sementara kita di Tapin, memiliki tokoh agama yang sangat banyak, seandainya warga disana dinasihati bahwa berkelahi hingga menyebabkan kematian seseorang itu berdosa tentunya dapat mengurangi perkelahian di dua desa tersebut.
Ditambahkan, H.Rian Jaya, Ketua DPRD Tapin, “Atas terjadinya persoalan ini, Pemerintah Daerah harus segera menyingkapi persoalan dua desa yang saling bertikai. Pemda perlu kiranya membentuk tim yang terdiri dari unsur Muspida untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada kedua desa tersebut yang tujuannya untuk menyelesaikan pertikaian, “katanya. (Rull)

Beberapa Kawasan di Tapin Belum Nikmati Listrik PLN

RANTAU, Desa Keladan, Kecamatan Candi Laras Utara, Desa Kariaman, Desa Pipitak Jaya I dan II, Kecamatan Piani, dan Bitahan Lama, Kecamatan Lokpaikat adalah kawasan di Kabupaten Tapin yang sampai saat ini belum menikmati sambungan listrik PLN. Hal ini lantaran daerah tersebut masih belum dibangun tiang pancang PLN untuk menyambung kabel dan menerangi permukiman penduduk di wilayah itu.

Diantara kawasan daerah tadi memiliki jarak cukup jauh dari perkotaan seperti di desa Kariaman, Pipitak Jaya I, dan II, kecamatan Piani. Juga di Desa Keladan, Kecamatan Candi Laras Utara. Sementara satu daerah lainnya seperti Bitahan Lama, Kecamatan Lokpaikat yang faktanya jarak antara Bitahan Lama dengan kota Rantau begitu dekat, ada sebagian penduduknya yang sampai saat ini belum menikmati aliran listrik PLN.

Seperti yang dialami Basrani, warga Bitahan Lama ini mengatakan bahwa sampai saat ini ada beberapa tempat tinggal warga yang belum dialiri listrik PLN. Hal itu karena pancang tiang PLN belum masuk ke wilayah beberapa permukiman warga disini, dan ini sudah lama sekali.

Lanjut Basrani, Pada malam hari warga ada yang menggunakan lampu minyak dan lilin untuk penerangan rumahnya. Adapun bagi warga yang memiliki perekonomian lebih untuk mendapatkan pasokan listrik dirumahnya mereka memilih memasang kabel listrik yang cukup panjang dengan mengait ke kawasan yang sudah ada jalur listriknya, atau dengan membeli sebuah mesin genset dan bermodal minyak bensin sebagai bahan bakar.

Ia mengaku menggunakan mesin genset yang dibeli dengan harga berkisar Rp.1 juta per-unit. Namun penghasilannya sebagai pedagang dan juga buruh dirinya mengaku tak mampu untuk membeli bahan bakar minyak setiap harinya. “Dari jam 6 petang saat matahari terbenam sampai dengan pukul 11 malam itu menghabiskan minyak bensin sekitar 3 liter setiap malamnya. Karena itu sambungan listrik tetap menjadi harapan warga sekitar, “katanya kemarin.

“Keluhan lainnya jika menggunakan mesin genset adalah sering kerusakan mesin, dimana baru beli 1 tahun mesin genset sudah rusak. Paling awet mesin genset itu bertahan antara 2 sampai 3 tahun lamanya. Hal itu karena hampir setiap malamnya digunakanya, jika sudah digunakan untuk keperluan hari-hari mesin genset cepat atau lambat pasti rusak dan tak bisa digunakan lagi, “keluhnya.

Sementara dikawasan lainnya di Tapin, seperti di Desa Keladan Kecamatan CLU juga sampai saat ini listrik PLN belum masuk ke daerah ini. Banyak warga sekitar belum bisa menikmati aliran listrik negara, sehingga warga masyarakat setempat disamping mengalami krisis air bersih juga tak memiliki penerangan listrik bagi mereka.
Camat Candi Laras Utara, Abdul Hadi saat diwawancarai MataBanua mengakui bahwasanya didaerah setempat sampai saat ini belum ada penerangan. “Warga berharap adanya bantuan penerangan seperti mesin genset atau listrik tenaga surya seperti halnya di kecamatan Piani, “harapnya.

Lanjut Hadi, Kepada pemerintah daerah maupun pihak perusahaan dilokasi setempat, warga berharap banyak bantuannya terkait diadakannya energi listrik untuk penerangan didaerah ini, “katanya.

Lantaran belum masuknya listrik dan adanya penerangan, warga sekitar tak bisa mengakses informasi sebagaimana warga di kota.
Begitupun di Desa Kariaman, Kecamatan Piani, memiliki nasib serupa dengan kawasan lainnya di Tapin yang belum menikmati aliran listrik. Mama Ahmad, warga desa Kariaman, mengatakan, “Listrik belum masuk sampai ke Kariaman, lantaran tiang pancang listrik PLN sebatas baru sampai Batu Ampar. Kawasan Miawa sampai Batu Ampar kini sudah dapat menikmati aliran listrik, sementara tinggal daerah Kariaman ke atas saja yang belum menikmati, “katanya. (Rull)